Lebih Baik Hidup Sederhana & Berkah Daripada Hidup Dalam Kemewahan Tapi Terkungkung Dalam Ketidakbahagiaan & Kegelisahan Hidup.
Sabtu, 10 April 2010
Tabiat Manusia Jika Diberi Kemudharatan dan Kenikmatan
Kajian Qur’an
Periode May 2008
Tema: Tabiat Manusia Jika Diberi Kemudharatan dan Kenikmatan
Dan apabila manusia itu ditimpa kemudharatan, dia memohon (pertolongan) kepada Tuhannya dengan kembali kepada-Nya; Kemudian apabila Tuhan memberikan nikmat-Nya kepadanya lupalah dia akan kemudharatan yang pernah dia berdoa (kepada Allah) untuk (menghilangkannya) sebelum itu, dan dia mengada-adakan sekutu-sekutu bagi Allah untuk menyesatkan (manusia) dari jalan-Nya. Katakanlah: "Bersenang-senanglah dengan kekafiranmu itu sementara waktu; Sesungguhnya kamu termasuk penghuni neraka". {Az-Zumar (39) :8}
Referensi Qur’an
1.QS. An-Nisaa’ [4] : 79
Apa saja nikmat yang kamu peroleh adalah dari Allah, dan apa saja bencana yang menimpamu. Maka dari (kesalahan) dirimu sendiri. kami mengutusmu menjadi Rasul kepada segenap manusia. Dan cukuplah Allah menjadi saksi.
2.QS. Yunus [10] : 12
Dan apabila manusia ditimpa bahaya, dia berdoa kepada kami dalam keadaan berbaring, duduk atau berdiri, tetapi setelah kami hilangkan bahaya itu daripadanya, dia (kembali) melalui (jalannya yang sesat), seolah-olah dia tidak pernah berdoa kepada kami untuk (menghilangkan) bahaya yang telah menimpanya. Begitulah orang-orang yang melampaui batas itu memandang baik apa yang selalu mereka kerjakan.
3.QS. Al- Israa’ [17] : 67
Dan apabila kamu ditimpa bahaya di lautan, niscaya hilanglah siapa yang kamu seru kecuali Dia. Maka tatkala dia menyelamatkan kamu ke daratan, kamu berpaling. Dan manusia itu adalah selalu tidak berterima kasih.
4.QS. Ar-Ruum [30] : 33
Dan apabila manusia disentuh oleh suatu bahaya, mereka menyeru Tuhannya dengan kembali bertaubat kepada-Nya, Kemudian apabila Tuhan merasakan kepada mereka barang sedikit rahmat daripada-Nya, tiba-tiba sebagian dari mereka mempersekutukan Tuhannya.
5.QS. Az-Zumar [39] : 10
Katakanlah: "Hai hamba-hamba-Ku yang beriman. bertakwalah kepada Tuhanmu". Orang-orang yang berbuat baik di dunia Ini memperoleh kebaikan dan bumi Allah itu adalah luas. Sesungguhnya hanya orang-orang yang bersabarlah yang dicukupkan pahala mereka tanpa batas.
Referensi Hadis
1.Menurut Muslim, dalam ayat ini diisyaratkan bahwa seorang yang kafir, akan merasa bebas dari ikatan dan dengan demikian tidak ada yang menghalanginya untuk melakukan apa saja, sehingga dia akan bebas merasakan kesenangan duniawi. Berbeda dengan seorang beriman yang selalu memperhatikan rambu-rambu agama sehingga tidak bebas memperturutkan keinginan nafsunya. Ayat ini sejalan maknanya dengan sabda Nabi SAW : “ Dunia adalah tahanan bagi seorang mukmin dan surga orang kafir” (HR Muslim melalui Abu Hurairah)
2.Diriwayatkan dalam hadis Qudsi: “Wahai Isa! pasti Aku bangkitkan setelah kamu satu umat. Apabila mereka peroleh ynag mereka sukai, mereka memuji Allah dan bersyukur. Apabila mereka peroleh yang mereka tidak senangi, mereka tetap tekun dan sabar. Padahal mereka tidak berlapang dada, ataupun berilmu. Isa berkata: “Ya Rabbi! Bagaimana mungkin hal ini bisa terjadi kepada mereka, padahal mereka tidak berlapang dada atau berilmu? “. Allah Swr berfirman: “Aku beri mereka kelapangan dada dan ilmu dari sebagian sifat-Ku!” (HQR Ahmad,Tabhrani dalam Al-Kabir,Al-Ausath dan Al-Hakim, Abu Naim, Hakim, Baihaqi yang bersumber dari Abid-Darda)
Refrensi Tafsir Qur’an Ibnu Katsir
1.Allah Swt memberitahukan tentang diri-Nya bahwa dia tidak membutuhkan kepada yang lainnya, sebagaimana yang dikatakan oleh Musa As, “ Jika kamu dan orang-orang yang ada dimuka bumi semuanya mengingkari (nikmat Allah), maka sesungguhnya Allah maha kaya lagi Maha Terpuji”. Terdapat di dalam shahih Muslim,”Hai hamba-hambaku, kalau saja generasi pertama kamu dan generasi terakhir kamu, baik bangsa manusia maupun jin, mereka semua mempunyai tingkat kedurhakaan paling tinggi yang berada di dalam dada seseorang diantara kamu, semuanya itu tidak akan mengurangi kerajaan-Ku walau sedikit”.
2.Selanjutnya Allah berfirman,”Dan Dia tidak meridhai kekafiran bagi hambaNya”. Yaitu, Dia tidak menyukai dan tidak memerintahkannya. “Dan jika kamu bersyukur, niscaya Dia meridhai bagimu kesyukuranmu itu”. Yaitu, Dia menyukainya ada pada kamu dan akan menambah bagi kamu sabahagian karunia-Nya, “Dan seorang yang berdosa tidak akan memikul dosa orang lain”. Maksudnya, satu jiwa tidak akan menanggung jiwa yang lain, bahkan masing-masing akan dituntut seoarang diri. “Kemudian kepada Tuhanmu lah kembalimu Lalu Dia memberitakan kepadamu apa yang telah kamu kerjakan. Sesungguhnya Dia Maha Mengetahui apa yang tersimpan padamu”. Yaitu, tidak ada satu pun yang tersembunyi darinya.
3.Allah SWT berfirman, “Dan apabila manusia itu ditimpa kemudharatan, dia memohon kepada Tuhannya dengan kembali kepada-Nya”. Yaitu, ketika dia membutuhkan, segera meminta pertolongan kepada Allah yang tidak ada sekutu bagi-Nya. “Kemudian apabila Tuhan memberikan nikmat kepadaNya lupalah dia akan kemudharatan yang pernah dia berdoa untuk itu sebelumnya”. Dalam suasana yang dia sukai, dia melupakan doa dan permohonan yang sungguh-sungguh itu. Sebagaimana firman-Nya, “Dan apabila kamu ditimpa bahaya di lautan, niscaya hilanglah siapa yang kamu seru kecuali Dia. Maka tatkala Dia menyelamatkan Kamu ke daratan, kamu berpaling. Dan manusia adalah selalu tidak berterima kasih” (Al Israa: 67).
4.Allah SWT berfirman,”Dan dia mengada-adakan sekutu-sekutu bagi Allah untuk menyesatkan dari jalan-Nya”. Dalam suasana tidak ditimpa bahaya. Dia menyekutukan Allah. “Katakanlah, ‘bersenang-senanglah dengan kekafiranmu itu sementara waktu; sesungguhnya kamu penghuni neraka’”. Yaitu, katakanlah hai Muhammad, kepada orang yang seperti ini keadaan,cara, dan alur hidupnya,”Bersenang-senanglah dengan kekufuranmu sementara waktu”. Ini merupakan kecaman yang hebat dan ancaman yang sangat kuat, seperti firman-Nya, “Kami biarkan mereka bersenag-senang sebentar, kemudian kami paksa mereka masuk kedalam siksa yang keras.” (Lukman: 24).
Refrensi Tafsir Qur’an Al-Mishbah
1.Dikatakan bahwa ayat ini merupakan salah satu contoh keterombang-ambingan kaum musyrikin dalam mempersekutukan Allah. Sekali mereka mempersekutukan-Nya dengan yang lain dan dikali lain yaitu disaat butuh mereka mengarah kepadanya semata-mata. Ayat diatas menyatakan : Dan apabila yang durhaka disentuh mudharat yakni musibah walau kecil, ia memohon pertolongan kepada TuhanNya. Pemelihara yang selama ini berbuat baik kepadanya, sambil kembali kepada-Nya walau sebelum itu ia selalu membangkang dan durhaka. Ia kembali karena fitrahnya yang suci, sehingga ia menyadari bahwa hanya Allah saja yang dapat menolongnya; kemudian sungguh jauh perbedaan sikapnya sesudah itu, yakni apabila Dia yakni Allah menganugerahkan secara mantap dan dari saat kesaat kepadanya nikmat dari sisi-Nya, lupalah ia akan apa yakni kemudharatan yang pernah terus menerus ia mohonkan kepada Allah sebelum ini yaitu kiranya yang Maha Kuasa menghilangkan kemudharatan itu, dan ia mengada-adakan bagi Allah Yang Maha Esa sekutu-sekutu, sehingga akibatnya ia menyesatkan dirinya sendiri dan orang lain dari jalanNya. Katakanlah wahai Nabi Muhammad kepda setiap orang diantara mereka itu dan dengan nada mengecam dan mengancam bahwa: “Bersenang-senanglah di dunia ini dengan kekafiranmu dengan kesenangan yang sedikit kadar dan waktunya itu; Sesungguhnya engkau bila terus-menerus dalam kekafiranmu itu tentulah akan termasuk dalam kelompok penghuni neraka".
2.Sementara ulama menyebut nama-nama tertentu untuk menjelaskan siapa yang dimaksud dengan al-Insaan/ manusia pada ayat diatas yaitu seperti Abu Jahl dan Utbah Ibn Rabi’ah. Tetapi pada hakikatnya nama-nama tersebut adalah contoh dari jenis manusia yang durhaka.
3.Kata Khawwalahu terambil dari kata khawwala yang pada mulanya digunakan dalam arti memberikan sesuatu secara mantap dan tanpa mengharapkan imbalan tetapi sedikit demi sedikit. Sementara pakar bahasa menambahkan bahwa pemberian tersebut menyangkut apa yang dibutuhkan oleh yang diberi serta dengan harapan agar anugerah itu dipelihara dengan baik.
4.Kata min yang mendahului kata qabl mengisyaratkan singkatnya waktu antara keikhlasan bermohon dan kelengahannya terhadap nikmat Allah, seakan-akan begitu nikmat tersebut ia peroleh saat itu juga ia melupakan kesulitan dan permohonanya yang lalu.
5.Kata andaad adalah bentuk jamak dari kata nid yaitu kebersamaan dalam substansi. Dari sini kata tersebut biasa juga dipahami dalam arti serupa atau setara. Mayoritas ulama memahaminya dalam arti berhala-berhala yang dijadikan oleh kaum musyrikin tuhan-tuhan yang substansinya serupa dengan Allah. Thabathaba’i memperluas makna kata ini sehingga memasukan pula dalam pengertiannya sebab dan faktor-faktor yang dipercaya serta menenangkan hati manusia dalam perolehan sesuatu, termasuk didalamnya berhala-berhala itu. Pendapatnya ini dia kukuhkan dengan penyebutan Al-Insaan yakni manusia secara umum, walaupun ulama itu mengakui bahwa konteks pembicaraan ayat orang kafir.
6.Firman-Nya : Tamatta’bi kufrika / bersenang-senanglah dengan kekufuranmu, mengisyaratkan bahwa seorang yang kafir, akan merasa bebas dari ikatan dan dengan demikian tidak ada yang menghalanginya untuk melakukan apa saja, sehingga dia akan bebas merasakan kesenangan duniawi. Berbeda dengan seorang beriman yang selalu memperhatikan rambu-rambu agama sehingga tidak bebas memperturutkan keinginan nafsunya.
7.Ayat diatas menurut Sayyid Quthub, menunjukan bahwa fitrah kesucian manusia akan nampak dengan jelas, tersingkir darinya debu-debu yang menutupinya, pada saat manusia mengalami kesulitan. Ketika itu, ia kembali kepada Yang Maha Esa dan menyadari kebohongan serta kesesatan kepercayaan syirik.
Referensi Tafsir Qur’an Sayyid Quthub
1.Fitrah manusia tampak telanjang tatkala dia bersentuh dengan kemudharatan. Maka, hilanglah dari dirinya awan yang bertumpu, sirnalah hijab, dan tersingkaplah segala ilusi. Lalu, fitrah itu menuju Rabbnya dan kembali kepadaNya sendirian, sedang ia memahami bahwa tiada yang dapat melenyapkan kemudharatan kecuali Dia. Ia mengetahui kebohongan yang dilontarkan para sekutu atau para penolong. Namun takkala kemudharatan itu lenyap dan berganti dengan kesejahteraan dari Allah maka, manusia yang fitrahnya telanjang saat ditimpa kemudharatan tersebut kembali ditutupi tumpukan awan. Ia melupakan rintihannya, taubatnya, ketauhidan kepada Rabbnya dan pencariaan Allah takkala mendapat ujian. Yaitu, ketiada siapa pun kecuali Dia yang dapat melenyapkan ujiannya dia melupakan semuanya lalu menciptakan sejumlah sekutu bagiNya, baik sekutu itu berupa Tuhan yang disembah seperti yang berlaku pada zaman jahiliyah maupun sekutu itu berupa nilai, individu, dan kedudukan yang mengendap dalam dirinya sebagai sekutu bersama Allah sebagaimana yang dilakukan pada berbagai kehidupan jahiliyah. Maka, dia menyembah syahwat, minat, ambisi, kekhawatiran, harta, anak, atasan dan tokoh sebagaimana dia menyembah Allah atau memurnikan ibadah. Dia menyukainya sebagaimana dia mencintai Allah atau bahkan lebih hebat lagi. Syirik itu bermacam-macam, diantaranya syirik Khafi yang tidak dipandang syirik oleh manusia, sebab ia tidak memilki bentuk syirik yang dikenal, tetapi ia syirik dalam hal model.
2.Akibat dari perbuatan itu adalah kesesatan dari jalan Allah. Jalan Allah itu satu, tidak berlainan. Memfokuskan ibadah hanya untukNya, mengharapkan diri kepadaNya, dan mencitaiNya merupakan satu-satunya jalan menuju Allah. Akidah tentang Allah tidak boleh mengandung kemusyrikan di dalam kalbu. Juga tidak boleh mengandung kemenduaan dengan harta, anak, tanah air, kampung halaman, teman, dan kerabat. Sekutu apapun yang terdapat dalam kalbu berarti merupakan pengambilan sekutu bagi Allah; merupakan kesesatan dari jalan Allah. Dia segera kembali ke neraka berpisah dari kesenangan di dunia ini. Setiap kesenangan di dunia ini dalah sedikit, meskipun dianggap lama. Masa individu di bumi adalah terbatas, meskipun dia berusia panjang. Bahkan, kehidupan seluruh jenis manusia di bumi ini merupakan kesenangan yang sebentar, jika dikaitkan dengan masa yang dimiliki Allah.
Refrensi Tafsir Qur’an Al-Azhar Prof. Dr. Hamka
1.Ayat ini menyebutkan salah satu kelemahan manusia. Diwaktu dia gagah perkasa, uang cukup belanja cukup, badan sehat hati gembira, dia lupa kepada Tuhan. Termasuk dikala muda remaja. Tetapi apabila satu kali saja malapetaka menimpa dirinya barulah terasa olehnya bahwa dia tidak mempunyai daya upaya sedikit pun untuk mengelakan malapetaka itu. Dia lemah! Di waktu itulah baru dia menyerah, barulah ingat jalan keTuhan. Langkahnya yang terlanjur sombong selama ini sudah disadarinya adalah suatu langkah yang salah. Sebab itu maka mulailah dia menyeru Tuhan, berdoa kepada Tuhan, bermunajat, mengeluh, mengadukan halnya, memohon dilepaskan dari kesulitan, dihindarkan dari malapetaka dan bahaya. Waktu itu benar-benar dia ikhlas, benar-benar dia munibiina (kembali).
2.“Kemudian apabila telah melimpah kepadanya nikmat Tuhan lupalah dia apa yang pernah dia serukan kepada Tuhan sebelumnya”. Kedua inilah gejala dari jiwa yang kosong dari iman. Bila datang kesusahan jadi gelisah, meraung memekik meminta tolong, memanggil Tuhan, menyeru, mendoa, menyerah dan kembali kepada Allah. Kadang-kadang gelisah tidak sabar kalau pertolongan tidak lekas datang. Tetapi kemudian apabila keadaan telah bertukar, panas telah dituruti hujan, duka sudah diiringi suka dan langit harapan telah cerah kembali, maka mulailah mereka lupa bahwa kalau yang mendatangkan malapetaka dahulu ialah Allah dan kepada Allah dia menyeru dan berdoa, sekarang dia telah mendapat nikmat kembali dan yang memberikan adalah Allah juga, Dia lupa bahwa dahulu dia pernah menangis bertekun memohon pertolongan. Bahkan ada yang lebih jahat lagi yaitu mereka persekutukan yang lain dengan Allah. Sampai sekarang dalam kalangan orang Islam yang jiwanya telah kacau dengan syirik ada yang mengatakan bahwa penolongnya adalah “keramat anu atau wali di kuburan anu”. Semuanya itu ialah dijadikannya bagi Allah sekutu-sekutu untuk menyesatkan dari jalanNya. “Yaitu untuk menyesatkan manusia dari jalan Allah”. Dipenghujung ayat ini dikatakan kekafiran hanya akan berlaku sementara atau sedikit waktu saja. Taruhlah paling lama selama mereka masih hidup. Kemudian mereka akan mati. Bahwa dalam kesempatan sementara itu yang akan kamu dapati di akhirat ialah azab siksaan menjadi penghuni neraka.
Pimpinan Redaksi: Dian Ikawati S.Kg , Wida Kharismaya ( FKIK UIN ),
Dewan Redaksi: Anggita Intania (FIKOM- UBL), Aryanti Oktarina, S.Sos, Dahlia T.A. (FE- Muhammadiyah JKT), Doni S.H. SE, Ponco T.W, SE.
Sumber:
http://pengajian-malamliburan.blogspot.com/2008/06/tabiat-manusia-jika-diberi-kemudharatan_29.html
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar